Selasa, 22 November 2011

Peran Guru dalam Mencerdaskan Bangsa. Menjadi Guru, Why not?


Oleh : Nurfitria Ningsih

Menjadi seorang guru seringkali bukanlah menjadi pilihan anak didik kita. Ketika ditanyakan “what do you want to be in the future?”, kebanyakan mereka menjawab ingin menjadi polisi, tentara, dokter, dan presiden. Mereka memadang sebuah profesi yang dipilihnya untuk masa depan haruslah nampak ke’hero’annya. Sedikit yang berpikir bahwa menjadi seorang atau memilih profesi guru adalah seorang pahlawan yang dapat mencerdaskan bangsa ini.

Memang, saya sendiri secara pribadi mengakui bahwa dahulu menjadi seorang guru juga bukan menjadi pilihan impian saya(nah lho!). Mimpi saya adalah dapat bekerja di perusahaan besar dengan gedung yang menjulang tinggi. Seakan mempunyai ‘prestise’ tersendiri. Namun memang kenyataan hidup membawa takdir saya untuk menjadi seorang guru. Pilihan yang tidak saya sesalkan tentunya. Bukan karena adanya sertifikasi yang dapat sangat menunjang kehidupan guru, tetapi karena memaknai profesi guru adalah sebuah pekerjaan mulia. Terlebih lagi bagi seorang guru yang mengabdikan dirinya untuk membelajarkan siswanya dengan segenap perasaan tulus ikhlasnya, maka ilmu yang bermanfaat akan menjadi amalan yang tidak terputus baginya, bahkan sampai akhir menutup mata.

Menjadi seorang guru berarti menjadi seseorang yang berperan mencerdaskan orang lain, apalagi untuk bangsa ini. Meski terkadang peran itu tidak begitu jelas terlihat orang lain alias tidak dapat dilihat langsung hasilnya, secara pelan tapi pasti guru telah membelajarkan anak didik dengan menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai kepada anak didik dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, bahkan dari abad ke abad. Sungguh berat sebenarnya peran guru, ia tidak hanya sekedar berperan sebagai pengajar, tetapi juga pendidik, pemimpin, supervisor, administrator, harus melayani anak didik dengan landasan kesadaran (awareness), keyakinan (belief), disiplin (discipline) dan tanggung jawab (responsibility) dengan penuh optimal (Hanafiah,dkk : 106). Orang lain hanya melihat luarnya saja, bahwa guru bertugas mengajar anak-anak mereka. Padahal peran seorang guru lebih dari sekedar mengajar saja.

Dahulu profesi guru, meskipun dengan penghasilan yang kurang memadai  namun secara psikologis, mereka justru memiliki harga diri dan wibawa yang tinggi (Syah, 2010). Mereka dihargai masyarakat karena dianggap sosok yang mampu menjadi teladan dan menjadi tempat bertanya. Namun nampaknya zaman telah berubah. Kini, seorang guru cenderung kurang dihargai anak didik, terlebih lagi apabila si bapak guru bukanlah orang berduit alias orang kaya. Ukuran kekayaan menjadi tolak ukur penghormatan orang terhadap diri kita. Bibit-bibit materialisme nampaknya telah merayap masuk tubuh anak didik kita.

Terlepas dari dihargai atau tidaknya profesi guru sekarang ini, sebenarnya para guru memang harus meningkatkan kualitasnya dan harus ‘kaya’. Kaya dalam ruhani, emosi, pemikiran, kaya refereensi, kaya inovatif, kreativitas, dan kaya secara materi. Berbuat sajalah dahulu untuk kemudian dilihat hasilnya. Tidak usah dipikirkan apakah mau dihargai atau tidak. Yang penting berbuat, ikhlas dan hasilnya niscaya akan dibalas Tuhan. Menjadi kaya juga adalah sebuah anjuran, karena Tuhan juga lebih suka kepada orang yang ‘kaya’ dan ‘kuat’ daripada yang ‘miskin’. Ketika seorang guru sudah mapan, maka diharapkan ia dapat terfokus pada upaya-upaya kreatif untuk mencerdaskan bangsa. Idealis memang, tetapi kenapa tidak berusaha dicoba ? seorang guru juga harus menumbuhkan jiwa-jiwa enterpreneur ke dalam dirinya untuk dapat ditularkan kepada anak didiknya. Toh kenyataan, banyak anak didik yang hanya mengharapkan bekerja pada orang lain, tanpa berpikir bagaimana membuat lapangan kerja sendiri bagi dirinya.

Untuk menjadi kaya selaku pencerdas bangsa, hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah :
1.       Guru harus memperkaya dirinya dengan banyak belajar dan membaca.
Membaca sendiri adalah perintah yang diamanatkan Tuhan pertama kali kepada Umat.  Lemahnya kemampuan membaca, maka akan dapat berdampak pada lemahnya kemampuan untuk penguasaan materi. Ujung-ujungnya maka akan lemah kompetensi profesional guru. Menurut Syah (2010:221) penguasaan guru terhadap materi dan metode pengajaran masih berada di bawah standar. Terlebih lagi menurut beliau, dari hasil penelitian Balitbang Depdikbud RI, kekurangmampuan guru dalam mengajar memberi efek yang tidak baik bagi rendahnya kemampuan anak didik. Tidak ada salahnya juga seorang guru membaca buku lain di luar pendidikan atau diluar bidang yang diampunya. Semisal membaca buku mengelola keuangannya Safir Senduk. Menurut Safir toh menjadi kaya ga harus menjadi pengusaha, menjadi karyawan (dalam hal ini guru juga karyawan negeri ya...) juga bisa kaya.... buat investasi meskipun dengan meminjam kredit dari Bank dengan menggadai sk. Selain  itu upaya-upaya menjadi kaya harus berupaya dicari. Bagi para guru dapat mencari jalan untuk kaya dengan membaca buku dahulu untuk menginspirasi. Semisal buku ippho santosa dengan percepatan rezekinya. Insya Allah termotivasi dan tergugah.
2.       Guru harus memperkaya dirinya dengan berlatih menulis.
Setelah banyak membaca, guru dapat mengaplikasikan semua pemikirannya dari hasil olahan membaca tadi ke dalam tulisan. Memang tidak mudah untuk menulis, tetapi semua harus di latih. Sayapun harus banyak berlatih menulis. Salah satu orang yang dapat menginspirasi bapak dan ibu guru untuk terus menulis dan melihat keajaibannya adalah wijaya kusuma yang biasa dipanggil omjay. Terus baca blognya di : http://wijayalabs.com .
3.       Guru harus memperkaya dirinya dengan mengikuti perkembangan kemajuan zaman.
Kemajuan zaman adalah hal yang tidak terelakkan. Posisi tetap di tempatnya tanpa mengikuti perkembangan dan kemajuan akan membawa posisi guru menjadi posisi yang ketinggalan. Perubahan akan terus ada. So, seorang guru harus mampu menyesuaikan diri. Bagi guru-guru yang senior dan sudah berpengalaman puluhan tahun mengajar mungkin beranggapan bahwa mereka tidak perlu lagi untuk belajar komputer misalnya. Pikir mereka :Beri saja kesempatan kepada yang muda-muda alias guru junior.  Kenapa tidak berupaya mencoba belajar kepada yang muda ? terlebih lagi amanat dalam agama, kalau besok pun dunia mau kiamat, ga ada salahnya menanam hari ini...berbuat saja dahulu, niscaya ada balasannya.
4.       Guru harus memperkaya ruhaninya dengan dekat kepada Tuhan.
Satu hal yang sering dilupakan adalah meminta kepada yang punya dunia dan segala isinya. Untuk dapat mencapai kekayaan baik secara materi dan immateri, maka upayanya adalah mendekatkan diri kepada Sang Khalik.  Kecerdasan spiritual terbukti menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan seseorang. Cerdas secara spiritual dan emosional, akan membawa penularannya kepada cara seseorang berbuat dan bertindak. Dan hal itu akan dilihat anak didik untuk dicontoh. Menjadi contoh nyata adalah keteladanan hidup daripada banyak bicara tetapi tidak ada realisasinya.
5.       Guru harus memperkaya pribadinya dengan nilai-nilai kebaikan dan moral.
Salah satu yang membuat menurunnya wibawa guru adalah perilaku guru itu sendiri yang tidak dapat menjadi contoh bagi anak didik. Sering banyak kita temui , para guru yang terkena kasus karena pelecehan seksual terhadap anak didik, karena menghukum anak didiknya, karena tertangkap berjudi dan karena-karena lainnya. 
6.       Guru harus memperkaya jiwa sosialnya dengan banyak berbuat sosial.
Sebagai mahluk Tuhan yang saling membutuhkan satu sama lain, guru harus terlibat dalam kehidupan masyarakatnya dan punya kepedulian untuk membantu sesama. Jangan sampai guru menjadi seseorang yang inklusif, karena dirinya merasa benar sendiri.
7.       Guru harus memperkaya dirinya dengan menambah ilmu lagi.
Adanya UU no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, menjadi acuan bagi para guru se Indonesia untuk meningkatkan kualtias dirinya dari segi keilmuan. Silahkan menambah ilmu dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan Dinas pendidikan daerah maupun pusat. Apalagi kalau seorang guru dapat mengikuti pendidikan S2 maupun S3. Untuk alasan biaya, banyak jalan menuju roma. Kenapa kita tidak mencari beasiswa saja? Banyak beasiswa pendidikan dalam dan luar negeri yang ditawarkan. Kalau alasannya karena ‘ah belum tentu dapat’ kenapa tidak dicoba dahulu ? saya ingat perkataan guru saya, untuk mendapatkan layanan, maka harus mengetuk pintu rumah orang. Untuk mendapatkan beasiswa, ya harus mengajukan permohonan ke tempat-tmpat yang menawarkan beasiswa. Intinya berusaha.

Intinya dari semua upaya ‘kaya’ itu, diharapkan kepada para guru untuk dapat memenuhi kompetensi-kompetensi yang menjadi tuntutan sesuai dengan standarkompetensi  yang diharapkan dalam UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial

Ketika semuanya sudah dicoba, saya yakin, penghargaan dari orang lain (siswa dan masyarakat) akan datang dengan sendirinya. Jadi kenapa tidak berupaya jadi sang pencerdas bangsa? Sungguh banyak guru-guru yang ‘kaya’ meluangkan waktu dan kehidupannya untuk lebih banyak berbuat untuk anak didiknya agar mereka ‘terkayakan’. Lihatlah si ibu kembar yang berbuat untuk pendidikan anak tak mampu, dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bahkan dengan kemajuan teknologi dan maraknya dunia internet yang merambah kehidupan kita, dapat menjadikan semuanya itu menjadi lebih positif untuk mencerdaskan bangsa. Penggunaan blog dan facebook dapat menjadi sarana pencerdasan ini. Salah satu yang dapt menjadi contoh adalah upaya omjay (wijaya kusuma gitu..) untuk memanfaatkan blog sebagai media pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dalam blognya di http://wijayalabs.com .Ternyata apapun bentuk medianya, semuanya bisa menjadi sarana pencerdasan bangsa, asal ada niat. Untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi ini , ya seorang guru memang harus memperkaya dirinya dengan banyak membaca, menulis dan mencoba. Kreatif menjadi sesuatu yang tidak habis digali. Tidak ada yang tidak bisa dicoba. Jangan mengaku mampu menjadi sang pencerdas bangsa apabila kita sendiri selaku guru mengaku menyerah dengan keadaan dan hanya mau menjadi guru biasa dan bukan guru yang ‘kaya’. Bagaimana bisa anak didik menjadi luarbiasa dengan guru yang biasa, coba? Rethink again bapak dan ibu guru......we can start to make a change from now.

Referensi :
Departemen Agama RI.2006. undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan.
Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : Refika Aditama Syah, Muhibbin. 2010.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Jumat, 29 Juli 2011

Menyambut Ramadhan

Ramadhan Mubarak. Marhaban ya Syahru Ramadhan. Alhamdulillah bersua lagi dengan Ramadhan. Allah masih memberi kesempatan untuk menuai pahala dan kebaikan. Ada harap di hati bahwa Ramadhan ini akan lebih baik lagi dari sebelumnya. Ada ketakutan diri tidak akan sampai pada kemenangan hakiki. Menuju Ramadhan, diri harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Ibarat sebuah peperangan, Ramadhan harus dihadapi dengan kesiapan fisik dan ruhani. Siap bahwa kita akan menjalani hari-hari di luar kebiasaan, meskipun hanya 1 bulan ke depan. Siap bahwa ibadah kita harus terus ditingkatkan. Siap untuk selalu berbagi dan menunaikan kewajiban zakat. Siap untuk berbenah diri. Siap untuk mendapatkan pencerahan jiwa, dan siap untuk mencapai kemenangan. Pun ba'da Ramadhan, segala kesiapan tadi seyogyanya mampu membawa spirit dan jiwa-jiwa Ramadhan ke 11 bulan yang lainnya sehingga kemenangan akan terus melingkupi diri. Are you ready for that ?

Jumat, 17 Juni 2011

SIMP Kesiswaan SMPN 8 Sarolangun



Rancang bangun SIMP yang ada di SMPN 8 Sarolangun dikembangkan dari Visi Misi yang telah ditetapkan oleh SMP. Adapun gambaran visi dan  misi  SMP Negeri 8 Sarolangun ini yaitu ;
a.      Visi SMPN 8 Sarolangun:
“PENGHASIL LULUSAN YANG BERPRESTASI BERWAWASAN IPTEK BERLANDASKAN IMTAQ”.
Adapun indikator dari ketercapaian visi SMPN 8 Sarolangun ini, yaitu :
1.      Berprestasi  dalam pencapaian ketuntasan kompetensi belajar
2.      Berprestasi dalam bidang sarana prasarana
3.      Berprestasi dalam bidang olahraga
4.      Berprestasi dalam bidang kesenian
5.      Berprestasi dalam disiplin
6.      Berprestasi dalam aktivitas keagamaan
7.      Berprestasi dalam lingkungan sekolah yang asri
8.      Berprestasi dalam partisipasi masyarakat

b.      Misi SMPN 8 Sarolangun
Misi merupakan penjabaran langkah-langkah untuk pencapaian sebuah visi. Misi SMPN 8 Sarolangun yaitu :
1.      Melaksanakan proses pembelajaran dan bimbingan secara intensif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal
2.      Mengembangkan sarana dan prasarana serta alat dan bahan pembelajaran sesuai dengan standar pelayanan minimal dan tuntutan kurikulum
3.      Melaksanakan pembinaan dan pelatihan terpadu di bidang kegiatan olahraga sehingga setiap siswa meraih prestasi
4.      Melaksanakan pembinaan dan pelatihan di bidang kegiatan kesenian sehingga dapat dikembangkan secara optimal
5.      Melaksanakan pembiasaan berdisipln sehingga siswa dan warga sekolah lainnya taat pada peraturan yang telah dibuat dan disepakati
6.      Menumbuhkan pengalaman dan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak
7.      Penataan lingkungan yang asri, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif
8.      Meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan orang tua, masyarakat, dunia usaha dan alumni sehingga tumbuh partisipasi dukungan terhadap program sekolah.

Adapun Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pendidikan siswa dan lulusan SMPN 8 Sarolangun yaitu :
a.      Penerimaan siswa baru
Penerimaan siswa merupakan proses pelayanan dan pencatatan siswa dalam penerimaan siswa baru, setelah melalui seleksi masuk siswa baru dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Dalam penerimaan siswa baru terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan seperti : penetapan daya tampung, penetapan persyaratan siswa yang akan diterima, dan pembentukan panitia penerimaan siswa baru.
1.      Penetapan daya tampung.
Jumlah siswa yang akan diterima di SMP didasarkan pada daya tampung kelas dan rasio murid dengan guru. Namun mengingat dalam wilayah Kecamatan Bathin VIII terdapat beberapa sekolah yang lain yaitu SMP /MTs, seringkali siswa yang mendaftar di SMPN 8 Sarolangun ini jumlahnya sedikit. Hal ini menyebabkan SMPN 8 tidak menetapkan daya tampung untuk menerima siswa yang masuk.              
2.      Persyaratan siswa yang akan diterima.
Calon Siswa yang akan diterima di SMPN 8 ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan. Seleksi yang dilakukan antara lain melalui tes, penelusuran bakat dan minat berdasarkan nilai STTB atau UN. Syarat-syarat pendaftaran yang ditetapkan oleh SMPN 8 Sarolangun antara lain :
a.       Mengisi formulir yang disediakan pihak sekolah
b.      Telah lulus dari SD/MI sederajat yang dibuktikan dengan fotokopi SKHU dan ijazah
c.       Pas photo
3.      Pembentukan panitia penerimaan siswa baru.
Panitia penerimaan siswa baru biasanya dibentuk pada saat pihak sekolah mengadakan rapat kenaikan kelas. Rapat kenaikan kelas diadakan menjelang akhir tahun pelajaran atau seminggu sebelum penerimaan raport siswa. Dalam rapat ini juga dibahas mengenai pembagian tugas guru dalam proses belajar mengajar semester berikutnya. Panitia penerimaan siswa baru terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Panitia PSB bertugas merencakan dan menyiapkan semua kegiatan yang berkaitan dengan rekrutmen siswa baru.

b.      Pembinaan siswa
Pembinaan siswa merupakan pemberian pelayanan kepada siswa di sekolah baik pada jam pelajaran sekolah ataupun di luar jam pelajaran sekolah. Pembinaan yang dilakukan kepada siswa adalah agar siswa menyadari posisi dirinya sebagai pelajar dan dapat menyadari tugasnya secara baik. Beberapa hal  yang dilakukan dalam pembinaan siswa diantaranya :
1.      Memberikan orientasi kepada siswa baru
Siswa baru yang telah diterima di SMPN 8 Sarolangun diperkenalkan dengan situasi dan kondisi sekolah yang meliputi sarana prasarana sekolah,  kurikulum, tata tertib, guru dan hal-hal lainnya terkait dengan kegiatan pembelajaran. Masa orientasi sekolah (MOS) ini dilakukan selama satu minggu. Tujuan diadakannya MOS ini adalah agar siswa lebih memahami mengenai keadaan sekolah serta siap menghadapi situasi baru di sekolah secara fisik, mental dan emosional.
2.      Mencatat kehadiran siswa.
Data-data siswa yang ada di SMPN 8 Sarolangun tersimpan dalam arsip data administrasi sekolah. Data-data yang terkait dengan kesiswaan ini dimuat dalam :
a.       Buku Induk.
Siswa baru yang telah diterima dan telah mengikuti masa orientasi sekolah, dicatat datanya dalam sebuah buku induk. Buku induk disebut juga buku pokok atau stambuk. Buku induk berisikan catatan siswa dimulai dengan nomor induk sampai siswa lulus dari sebuah sekolah.
b.      Daftar hadir.
Daftar hadir berisi tentang frekuensi kehadiran siswa sehingga dapat diketahui dengan baik keaktifannya datang ke sekolah. Daftar hadir ini berupa buku yang ditujukan khusus untuk wali kelas dan guru bidang studi. Setiap wali kelas dan guru bidang studi diberikan buku hadir atau absen siswa pada saat tahun ajaran baru dimulai.
c.       Klapper.
Klapper merupakan buku yang berisi data siswa yang disusun berdasarkan urutan abjad nama siswa. Klapper digunakan untuk mempermudah pencarian data siswa jika sewaktu-waktu diperlukan.
d.      Buku agenda kelas.
Buku agenda kelas dimiliki oleh tiap-tiap kelas. Buku agenda kelas berisikan catatan kegiatan harian pembelajaran siswa di kelas yang berisikan nama guru yang mengajar, materi yang diajarkan, dan nama siswa yang tidak hadir atau datang mengikuti pembelajaran pada saat itu.
e.       Daftar Mutasi siswa.
Selanjutnya bagi siswa yang masuk dan keluar sekolah dalam setiap bulan, semester atau satu tahun, datanya dimasukkan dalam daftar mutasi siswa. Oleh karena itu jumlah siswa dapat saja berubah karena siswa pindah, keluar dan lulus.
3.      Mencatat prestasi belajar dan kegiatan siswa
Catatan tentang prestasi belajar serta kegiatan yang diikuti siswa di  sekolah termuat dalam :
a.       Daftar nilai
Setiap guru bidang studi mempunyai daftar nilai yang berisi tentang hasil evaluasi atau tes untuk bidang studi tersebut. Dari daftar nilai ini diketahui kemajuan belajar peserta didik apakah telah dicapai ketuntasan belajarnya atau tidak. Pada akhirnya nilai tersebut akan dimasukkan ke dalam raport dengan perhitungan-perhitungan tertentu.

b.      Legger
Sebelum rapor disusun, nilai belajar siswa dimasukkan dalam sebuah legger. Legger merupakan kumpulan nilai dari seluruh bidang studi untuk siswa yang dikerjakan oleh wali kelas sebagai bahan pengisian raport. Legger ini dikeluarkan oleh sekolah setiap semester atau dua kali dalam setahun.
c.       Buku raport.
Siswa dilatih jiwa kepemimpinan dan sosialnya melalui wadah organisasi intra sekolah atau dikenal dengan sebutan OSIS. Selain OSIS, para siswa juga dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di luar jam belajar seperti pramuka, kesenian dan olahraga. Setiap kegiatan ini dibimbing oleh seorang pembina yang dipersiapkan untuk melatih siswa dalam berorganisasi. Kegiatan yang diikuti siswa dicatat dan dimasukkan dalam raport siswa sebagai laporan kemajuan belajar dan aktivitas siswa di sekolah. Buku raport adalah alat untuk melaporkan prestasi belajar siswa kepada orang tua/wali murid yang memuat data tentang kehadiran, tingkah laku siswa, yang diberikan setiap akhir semester.
4.      Membina disiplin siswa
Para siswa SMPN 8 sarolangun berupaya dibina disiplinnya dengan kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. Salah satunya adalah disiplin berpakaian, disiplin datang ke sekolah, dan lainnya. Bagi siswa yang melanggar disiplin sekolah, maka pihak sekolah akan mencatat kasus siswa tersebut ke dalam buku kasus siswa. Buku ini berisikan daftar siswa yang mengalami kasus pelanggaran tata tertib sekolah dan dilengkapi dengan sanksi dan tindakan penanganan selanjutanya agar tidak terulang kembali.
5.      Pengelolaan siswa yang telah tamat belajar (lulusan)
Kegiatan akhir dari manajemen kesiswaan di sekolah adalah mengelola lulusan. Lulusan adalah para siswa yang telah dinyatakan selesai menempuh pendidikannya di SMPN 8 Sarolangun. Siswa yang telah menjalani seluruh program pendidikan dan dinyatakan lulus akan diberikan ijazah. Adapun output yang diharapkan dari SMPN 8 Sarolangun ini adalah mereka yang mampu melanjutkan pendidikannya ke sekolah-sekolah Negeri yang ada di Kabupaten Sarolangun, maupun tempat lainnya. Pengelolaan lulusan ini juga untuk melihat distribusi siswa yang melanjutkan pendidikannya ke Sekolah yang lebih tinggi, apakah ke SMA, SMK, atau Sekolah lain yang sederajat.